Managemen kelas



M A K A L A H
PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Manajemen Kelas

D
I
S
U
S
U
N







oleh:



HARDIYANTI





UPP PGSD INDUK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS”
            Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran. Dalam menyusun makalah ini, penulis sangat di bantu oleh buku-buku pendukung, teknologi modern “Internet”, dosen mata kuliah serta rekan-rekan. Untuk memahami pokok bahasan yang di sajikan, penulis sajikan kesimpulan dan saran. Dengan harapan lebih mudah dalam mempelajarinya.
            Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih semoga amal ibadahnya diterima Allah S.W.T. Amin.

Wassalamualiakum Wr. Wb


Makassar, Oktober  2011



  Penulis
           


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR………………………………………………………………  1
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….2

BAB I             PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  3
1.2  RUMUSAN MASALAH. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   3
1.3  TUJUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4

BAB II                        PEMBAHASAN
2.1  PENGERTIAN MANAJEMEN KELAS. . . . . . . . . . . . . . . . . .    5
2.2  TUJUAN MANAJEMEN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5
2.3 PRINSIP – PRINSIP MANAJEMEN KELAS. . . . . . . . . . . . . …6
2.4 JENIS-JENIS MANAJEMEN KELAS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2.5 PENTINGNYA MANAJEMEN KELAS PADA TAHAP PROSES..15

BAB III          PENUTUP
3.1  KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17
3.2 SARAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  . . . . . . . . . . .17

           

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …………………….18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              LATAR BELAKANG
            Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara prinsip, guru memegang dua masalah pokok, yakni pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pengelolaan kelas merupakan aspek pendidikan yang sering dijadikan perhatian utama oleh para calon guru, guru baru, bahkan guru yang telah berpengalaman berkeinginan agar para peserta didik dapat belajar dengan optimal. Dalam arti, guru mampu menyampaikan bahan pelajaran agar diserap oleh para peserta didik dengan baik. Setiap guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas. Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas.
1.2         RUMUSAN MASALAH
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang dimaksud dengan pengelolaan kelas?
2.      Bagaimana cara pengelolaan kelas dan baik?
3.      Mengapa pengelolaan kelas perlu diperhatikan dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar?
1.3         TUJUAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
  1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kurikulum dan Pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui definisi pengelolaan kelas serta masalah – masalah yang timbul di dalam kelas
3.       Dengan pengelolaan kelas yang baik akan tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan
4.      Guru dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan memperhatikan pengelolaan kelas













BAB II
PEMBAHASAN

2.1  PENGERTIAN MANAJEMEN KELAS
Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif

2.2         TUJUAN MANAJEMEN KELAS
Guru sadar tanpa mengelola kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajarnya. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas :
1.      Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.
2.      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.
3.      Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.
4.      Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.
      Faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Perbedaan individual dilihat dari segi aspek perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis. Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa.

2.3        PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN KELAS
         “Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
         Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
         Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.

a.      Hangat dan Antusias
      Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar, guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukan antusias pada tugasnya dan akan berhasil dalam pengelolaan kelas.

b.      Tantangan
      Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c.       Bervariasi
      Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan dan meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.

d.      Keluwesan
      Keluwesan pengajaran dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya..

e.       Penekanan pada hal-hal positif
      Penekanan pada hal-hal positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.

f.       Penanaman disiplin
      Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah siswa dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.



2.4  JENIS-JENIS MANAJEMEN KELAS
Menurut Nurhadi (1983: 163) upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi dapat dilakukan secara preventif maupun secara kuratif. Maka pengelolaan kelas, apabila ditinjau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Pengelolaan kelas yang bersifat preventif
Dikatakan secara preventif apabila upaya yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk menciptakan suatu kondisi dari kondisi masa menjadi interaksi pendidikan dengan jalan menciptakan kondisi baru yang menguntungkan bagi proses belajar mengajar. Pengelolaan kelas yang preventif ini dapat berupa tindakan, contoh atau pemberian informasi yang dapat diberikan kepada siswa sehingga akan berkembang motivasi yang tinggi, atau agar motivasi yang sudah baik itu tidak dinodai oleh tindakan siswa yang menyimpang sehingga mengganggu proses belajar mengajar di kelas (Nurhadi,1983: 163).
Keterampilan yang berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran ini, dapat ditunjukkan melalui sikap tanggap guru, bahwa guru hadir bersama anak didik. Guru tahu kegiatan mereka apakah memperhatikan atau tidak. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat menegur mereka walaupun sedang menulis di papan tulis.

b. Pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
Pengelolaan kelas secara kuratif adalah pengelolaan kelas yang dilaksanakan karena terjadi penyimpangan pada tingkah laku siswa sehingga mengganggu jalannya proses belajar mengajar. Dalam hal ini kegiatan pengelolaan kelas akan berusaha menghentikan tingkah laku yang menyimpang tersebut dan kemudian mengarahkan terciptanya tingkah laku siswa yang mendukung terselenggaranya proses belajar mengajar dengan baik (Nurhadi, 1983: 163).
Guru harus mengetahui pusat perhatian siswa pada waktu mengikuti pelajaran dalam kelas. Apakah siswa-siswanya di kelas tekun mengikuti dan terlibat dalam kegiatan belajar mengajar ataukah tidak. Dari sorot mata atau gerak-gerik mereka dapat diketahui apakah mereka sudah tertuju dan mengikuti dengan baik proses belajar mengajar ataukah malah mengganggu proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat diketahui ketika siswa ditunjuk untuk menjawab atau melakukan perintah guru, akan memberikan jawaban yang salah (dalam arti kurang komunikasi atau konsentrasi) atau terlihat terkejut. Oleh karena itu, apabila terdapat anak didik yang menimbulkan gangguan pada saat kegiatan belajar mengajar, guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku anak didik, misalnya dengan mencoba mengetahui sebab-sebab yang mengakibatkan tingkah laku anak didik yang menyimpang tadi, kemudian berusaha untuk menemukan pemecahannya.

Adapun prosedur dari jenis-jenis pengelolaan kelas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat preventif
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencegah terjadinya penyimpangan tingkah laku dari anak didik dan mencapai tujuan pengajaran. Maka dari itu, hendaknya guru mengetahui langkah-langkah preventif (pemeliharaan kondisi belajar) dalam pengelolaan kelas. Prosedur pengelolaan kelas secara preventif akan meliputi langkah-langkah peningkatan kesadaran guru sebagai pendidik, peningkatan kesadaran siswa, penampilan sikap guru, pengenalan terhadap tingkah laku siswa, penemuan alternatif pengelolaan kelas, dan pembuatan kontrak sosial dalam proses belajar mengajar (Nurhadi, 1983: 164).



a) Peningkatan kesadaran guru sebagai seorang pendidik
Dalam kedudukannya sebagai seorang pendidik, guru harus sadar bahwa dirinya memiliki rasa “handharbeni” (rasa peduli terhadap kelas dengan segala isinya) dan bertanggung jawab terhadap proses kegiatan belajar mengajar. Guru menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada anak didik demi kemajuan mereka dalam belajarnya.
Perwujudan dari kesadaran akan rasa “handharbeni” dan tanggung jawab itu akan nampak dalam bentuk kesatuan dari empat unsur, yaitu upaya mengubah tingkah laku, upaya mewujudkan suasana pendidikan yang mendukung, rasa cinta kasih, dan pegangan norma yang baku.
Sebagai seorang pendidik, guru berkewajiban mengubah pergaulannya dengan siswa sehingga pergaulan itu tidak hanya berupa interaksi biasa tetapi merupakan interaksi pendidikan. Agar interaksi itu bersifat sebagai interaksi pendidikan, maka seorang guru harus dapat mewujudkan suasana yang kondusif yang mengundang siswa untuk masuk berperan serta dalam proses pendidikan (Nurhadi, 1983: 164-165).
Guru bertugas menciptakan suasana yang dibutuhkan oleh para siswa agar mereka dapat belajar dengan baik. Apakah suasana belajar menunjang pengajaran atau tidak. Jadi sepenuhnya tergantung pada sikap guru. Guru harus tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi para siswa, memberikan nasehat dan bimbingan, dan banyak hal lainnya yang dapat dikerjakan oleh guru.
Guru hendaknya menghindari suasana pengajaran yang kurang baik, misalnya guru balik bertanya pada siswa yang bertanya, guru menertawakan atau bersikap sinis terhadap pertanyaan siswa yang menurut anggapan guru tidak pada tempatnya, dan sebagainya (Masnur dkk, 1987: 105)
b) Peningkatan kesadaran siswa
Apabila kesadaran diri guru sebagai seorang pendidik sudah ditingkatkan, langkah kedua kemudian berusaha meningkatkan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya dalam proses pendidikan.
Sebagai seorang siswa kadang-kadang tidak sadar akan kedudukannya dalam organisasi di sekolah. Oleh sebab itu menjadi langkah yang kedua yang harus dilakukan seorang guru adalah meningkatkan kesadaran siswa akan dirinya terutama tentang perimbangan antara hak dan kewajibannya. Dengan menyadari akan hak dan kewajiban tersebut diharapkan siswa akan mengendalikan dirinya dari tindakan dan tingkah laku yang menyimpang yang akan mencemari suasana pendidikan.
Upaya penyadaran ini adalah tanggung jawab setiap guru, karena dengan kesadaran siswa yang tinggi akan peranannya sebagai anggota masyarakat sekolah, akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk melakukan proses belajar mengajar.

c) Penampilan sikap guru
Setelah kesadaran fungsi seorang pendidik, dan kesadaran siswa akan kedudukan dirinya di sekolah ditingkatkan maka upaya penciptaan suasana yang mendukung proses pendidikan harus dilakukan dengan inisiatif. Inisiatif guru itu diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa-siswa yang dilambari dengan sikap tulus dan hangat.
Sikap tulus adalah sikap seorang seorang guru dalam menghadapi siswa secara terus terang tanpa pura-pura, tapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa sebagai si terdidik.
Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat sekolah.

d) Pengenalan terhadap tingkah laku siswa
Langkah selanjutnya, seorang guru hendaknya mengenal tingkah laku siswa. Pengenalan akan tingkah laku ini dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas. Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut dapat bersifat perseorangan ataupun kelompok.

e) Penemuan alternatif pengelolaan kelas
Setelah seorang guru dapat menyelidiki berbagai tingkah laku siswa, baik yang mendukung maupun yang mencemarkan suasana pendidikan, maka selanjutnya berusaha menetapkan alternatif pengelolaan kelas yang akan dilakukan.
Upaya pengelolaan itu diarahkan untuk mempertahankan dan menghidupkan tingkah laku siswa yang mendukung suasana pendidikan, tentunya akan berbeda dengan upaya pengelolaan kelas yang diarahkan untuk mencegah timbulnya tingkah laku yang akan mencemarkan suasana pendidikan itu.

f) Pembuatan kontrak social
Langkah terakhir dalam upaya pengelolaan kelas secara preventif adalah pengaturan tingkah laku dengan menggunakan norma atau nilai. Norma atau nilai itu diharapkan akan menjadi landasan tindakan yang akan berfungsi untuk mempertahankan kehadiran tingkah laku siswa yang mendukung maupun untuk mencegah tingkah laku sosial, pada hakikatnya adalah norma yang dituangkan dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tertulis maupun tidak tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Kontrak sosial yang baik adalah yang benar-benar dihayati atau dipatuhi sehingga meminimalkan terjadinya pelanggaran. Untuk mencapai hal tersebut, kebiasaan membuat peraturan atau tata tertib dari atas nampaknya tidak menguntungkan. Oleh sebab itu, perlu dipertimbangkan tentang proses terjadinya kontrak sosial. Kontrak sosial yang mempunyai nilai peringkat pada umumnya yang dibuat dan dilahirkan oleh individu-individu anggota masyarakat itu sendiri. Dengan kata lain kontrak sosial yang dipergunakan dalam upaya pengelolaan kelas hendaknya disusun oleh siwa sendiri dengan pengarahan dan bimbingan pendidik (Nurhadi, 1983: 165-169).


2. Prosedur pengelolaan kelas yang bersifat kuratif
Adapun prosedur pengelolaan kelas secara kuratif akan meliputi langkah-langkah identifikasi masalah, analisa masalah, penetapan alternative pemecahan masalah, monitoring dan memanfaatkan umpan balik (Nurhadi, 1983: 168).
a) Identifikasi masalah
Pertama-tama seorang guru melakukan identifikasi masalah dengan jalan berusaha memahami dan menyelidiki penyimpangan tingkah laku siswa yang dapat mengganggu proses kelancaran pendidikan di kelas. Upaya penyelidikan terhadap tingkah laku dapat dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang berdampak motif secara luas atau tidak, ataukah penyimpangan tingkah laku itu bersifat sesaat saja atau sering dilakukan, ataukah sekedar kebiasaan siswa.
b) Analisa masalah
Dengan hasil penyelidikan yang mendalam, seorang guru dapat melanjutkan pada langkah ini yaitu suatu kegiatan yang berusaha mengetahui latar balakang serta sebab-sebab timbulnya tingkah laku yang menyimpang tersebut. Dengan cara yang demikian akan dapat ditemukan sumber masalah yang sebenarnya, upaya untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan baik.
Jadi, dengan guru mengetahui tingkah laku anak didik yang menyimpang itu, maka guru dapat menganalisanya dan berusaha menemukan pemecahannya dengan menggunakan berbagai pendekatan pemecahan masalah. Misalnya, memberikan perhatian yang lebih, memberikan pengarahan atau nasehat dan lain sebagainya.
c) Penetapan alternatif pemecahan
Setelah mengetahui sumber masalahnya, seorang guru dapat mencoba mengkaji berbagai alternatif pemecahan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan itu, maka ia hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang dapat dipergunakan dalam pengelolaan kelas dan juga memahami cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan pendekatan masing-masing.
Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang mungkin dapat dipergunakan, seorang guru dapat memilih alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah itu pada suatu situasi yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan, maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat ditetapkan. Dengan demikian pelaksanaan pengelolaan kelas yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat dilakukan.
d) Monitoring
Setelah kegiatan mengatasi masalah pengelolaan kelas itu dilaksanakan, tidak dibiarkan saja, tetapi perlu dimonitor akibat-akibat yang terjadi karena perlakuan dalam mengatasi masalah tersebut. Hal ini diperlukan karena akibat perlakuan guru itu dapat saja mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang menyimpang itu, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang, berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah monitoring pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat- akibat yang terjadi tersebut.
e) Memanfaatkan umpan balik
Hasil dari kegiatan monitoring itu sebenarnya merupakan umpan balik terbaik guru yang sangat berharga, karena dengan ini ia dapat mengkaji kembali apakah alternatif tindakan yang telah dilakukan itu tepat atau tidak, atau masih perlu disempurnakan. Hasil monitoring itu hendaknya dimanfaatkan secara konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk:
1. Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang sama
2. Dasar dalam melakukan kegiatan pengelolaan kelas berikutnya sebagai tindak lanjut dari kegiatan pengelolaan kelas yang sudah dilakukan sebelumnya (Nurhadi, 1983: 169-171)
2.5 Pentingnya  Manajemen Kelas Pada Tahap Proses
Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanejemeni kelas.
Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas.
Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga akan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung.
Konsep dasar yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas adalah penempatan individu, kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya.
Untuk itu tugas terpenting seorang guru adalah memanajemen, mengorganisir dan mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Mengelola kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru terutama dalam hal memutuskan, memahami, mendianosis, dan kemampuan untuk menentukan sikap dalam usaha memperbaiki suasana kelas terhadap aspek-aspek manajemen kelas. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan tersebut, antara lain:
·         Sifat kelas.
·         Pendorong kekuatan kelas.
·         Situasi kelas.
·         Tindakan selektif dan kreatif.
·         Kegiatan Pengelolaan Kelas
·         Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas adalah:
·         Mengecek kehadiran siswa.
·         Mengumpulkana hasil pekerjaan siswa, memeriksa dan  menilainya.
·         Pendistribusian bahan dan alat.
·         Mengumpulkan informasi dari siswa.
·         Mencatat data.
·         Pemeliharaan arsip.
·         Menyampaikan materi pelajaran.
·         Memberikan tugas atau PR.















BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajerial kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan sekaligus. Dalam hal ini, guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang dianggap meyakinkan untuk menangani kasus pengelolaan kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.
Guru mempunyai peranan yang besar dalam menentukan keberhasilan pengelolaan kelas maupun pengelolaan pembelajaran. Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itulah tujuan akan tercapai.

3.2         Saran
Pengelolaan kelas merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh guru, siswa, dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas dalam proses belajar mengajar. Pengelolaan dikatakan berhasil apabila guru mampu menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, menarik dan bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih semangat dalam belajar. Pemerintah pun berperan dalam pengelolaan kelas untuk membantu menyediakan sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar agar proses pembelajaran menjadi efektif dan efisien.



DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud, 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan      Tinggi.
PUOD Dirjen dan Dirjen Dikdasmen. 1996. Pengelolaan Kelas Seri Peningkatan  Mutu 2. Jakarta : Depdagri dan Depdikbud.
Jhonson, Lois V dan Mary A Bany. 1970. Class Room Management. London :      The MC Millan Company Collier Macmillan Limited.
M Enteng dan T Raka Joni. 1983. Pengelolaan Kelas. Jakarta : Proyek        Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependidikan Depdikbud Dirjen       Pendidikan Tinggi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar